KINI AKU MENGERTI PERASAAN DI ATAS MEJA

"Di atas meja rindu itu hilang

Dalam kata kataSebentar lagi kita saling lupa
Kita menjelma pagi dingin yang dipayungi kabutTak bisa lagi bercerita apa adanya
Mengapa takut pada laraSementara semua rasa bisa kita ciptaAkan selalu ada tenangDisela sela gelisah yang menunggu reda
Didalam kamar rindu itu menguapDalam kebisuanSebentar lagi kita semakin lupa...."


Sebentar lagi kita akan menjadi senyap yang mengendap-endap. Padahal sebelumnya doaku ricuh di langit. Berusaha merayu Tuhan agar sekali lagi kita dipertemukan, entah melalui paksaan atau sekedar kebetulan-kebetulan. Namun rayuanku tertahan, terkapar dan karam bersama harapan yang terpinggirkan. Mungkin aku tidak cukup baik. Mungkin doaku kurang sungguh-sungguh. Atau mungkin saja kita yang memang tidak pernah ditakdirkan untuk saling mempertahankan.
Tuhan sungguh Maha Tahu, betapa aku tidak akan pernah bisa meninggalkanmu. Oleh karena itu, Ia yang membuatmu untuk meninggalkanku. Dan pada waktu-waktu terpuruk itu, aku menangisi kepergianmu yang tiba-tiba, yang tanpa suara, yang tanpa kata selamat tinggal- aku tidak pernah tahu bahwa kamu sungguh-sungguh bertekad melupakanku. Meski aku selalu berharap ada setitik rindu di hatimu pada kehadiranku. Pada pengertianku. Pada sabarku.
Sebentar lagi kita akan menjadi dua kawanan yang saling tidak bertegur sapa. Kini doaku berbeda, jangan sampai kita berjumpa pada kemungkinan-kemungkinan apapun. Untuk apa aku menyakiti diriku sendiri, selalu mencintaimu padahal kau tak lagi ingin bersamaku.
Keyakinan kita tidak saling bertemu. Dan pada akhirnya, kamu yang selalu jadi arah tujuku, tidak bisa pulang ke rumah yang sama denganku.

Aku takut pada lara. Sakitnya tidak terkira. Mungkin kamu lupa, tapi bagaimana dengan aku?



Komentar

Postingan Populer